Buzz tentang film Tuyul part 1 udah lumayan lama hilir mudik di timeline gue. Mulai dari teaser poster, official poster, teaser, sampe trailer-nya muncul, banyak banget yang ngomongin film Tuyul ini. And they were all excited. Orang-orang tertarik karena Tuyul kelihatannya beda dari film horor Indonesia lainnya. Posternya menarik banget, bikin orang penasaran. Apalagi orang-orang Indonesia yang emang demen banget sama film horor, urban legend pula.
Akhirnya datang pula hari yang ditunggu-tunggu. Gue yang sebetulnya bukan penggemar horor karena takut pun akhirnya nonton karena penasaran juga. Apa ini cuma packaging-nya aja yang oke, atau filmnya beneran oke juga?
Premisnya standar horor. Pasangan muda, Mia (Dinda Kanya Dewi) dan Daniel (Gandhi Fernando), pindah rumah ke desa, dan ternyata rumah baru mereka ini ada tuyulnya. Surprise-surprise, yang ngelepas tuyul ngga lain dan ngga bukan ya mereka sendiri – ya namanya juga orang lagi beberes rumah ya, nemu botol kosong tersembunyi di bawah lantai ya dibuka, siapa tau bisa dipake buat ngisi kecap atau apa gitu kan ya.. #emakemakbanget
What stands out the most dari film Tuyul adalah production design-nya dan Dinda Kanya Dewi. Production design-nya bener-bener dipikirin, sehingga film ini visually pleasing banget untuk kategori film horor. Detail rumahnya superb. Walau creepy, tapi tetep cantik dilihat. Belum lagi penampakan Tuyulnya yang juga unik, ngga kayak tuyul-tuyul di film-film zaman dulu. Dan Dinda Kanya Dewi, mameeen.. Setelah lama ga muncul di layar lebar, Dinda Kanya Dewi keren banget di sini. Ekspresi ketakutannya pas, depresinya pas, sedihnya pun pas, bikin orang ikut merasakan apa yang ia rasakan.
Sementara overall filmnya, well.. biasa aja menurut gue. It’s not bad, but it’s not special too. Menggunakan Tuyul instead of kuntilanak atau pocong yang udah terlalu mainstream, that’s a plus. Penggarapan yang baik dan ngga asal-asalan juga patut diapresiasi sekali. Tapi sayangnya, elemen paling penting yang harus ada dalam film horor malah kurang berhasil dibawakan dengan baik di sini. Cara munculin hantunya masih sama seperti kebanyakkan film horor Indonesia lainnya, dengan musik sebagai penanda. Alhasil, gue gagal dibikin takut.